Rabu, 28 November 2012

Orang CHINA Malah Minat Kembangkan Kawasan Industri di Kalimantan,Sulawesi & Sumetara

0 komentar
[imagetag]

[imagetag]
Lahan luas di Kalimantan yang dijadikan kawasan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batubara

China Bidik Pengembangan Kawasan Industri di Kaltim dan Sulawesi
Kamis, 29 November 2012 01:47 WIB

JAKARTA--MICOM: Sejumlah investor dari China menyatakan ketertarikannya untuk mengembangkan kawasan industri di Indonesia. Negara tirai bambu itu tertarik pada pembangunan kawasan industri di Kalimantan Timur, Sulawesi dan Sumatra. "Saat ini baru di tingkat G to G (government to government). Kalau kerangka G to G ini nota kesepahamannya sudah ditandatangani, maka pemerintah sana akan mendatangkan perusahaannya," ungkap Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta, Rabu (28/11). "Kami akan mengorganisir perusahaannya. Dalam seminggu ini tim saya menyusun draftnya, dari situ baru keluar angka yang rapi. Tapi pasti besar ini," lanjutnya.

Komitmen kedua negara tersebut akan direalisasikan awal tahun depan. Direncanakan setiap kawasan industri akan dibangun di atas lahan seluas 5.000 hektare. "Lebih banyak diisi industri dari hulu sampai hilir, yang di Indonesia timur berkaitan dengan sumber daya alam. Tetapi tidak menutup kemungkinan kedua pihak membuka kerja sama di bidang agroindustri," tukasnya.
http://www.mediaindonesia.com/read/2...m-dan-Sulawesi

Daerah masih Bebani Perekonomian Nasional
Kamis, 29 November 2012 06:17 WIB

JAKARTA--MICOM: Pemerintah mengkritik perilaku pemerintah daerah selama era desentralisasi yang kerap membebani perekonomian nasional. "Banyak daerah yang tetap membebani perekonomian nasional terutama masalah beban ekonomi tinggi," ungkap Mendagri Gamawan Fauzi saat Sosialisasi Perpres No 59/2012 tentang Kerangka Nasional Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah di Jakarta, Rabu (28/11).

Ia mencontohkan banyaknya pemerintah daerah yang seringkali justru membebani dunia usaha. Terutama masalah penentuan pajak dan retribusi daerah yang ternyata di luar ketentuan. "Ini terbukti beberapa waktu belakangan sebanyak 1.500 perda dibatalkan karena bertentangan dengan peraturan di atasnya. Umumnya pemda masih mencantumkan tambahan biaya," ujarnya.

Begitu pun, ungkap Gamawan, masalah belanja daerah yang ternyata tidak banyak manfaatnya untuk publik setempat. Di kebanyakan kabupaten/kota di seluruh Indonesia, hampir 60% belanja daerah dihabiskan untuk aparatur dan sisanya sebanyak 40% untuk belanja publik. "Kalau begini kapan masyarakatnya mau sejahtera. Minimal dibaliklah, 60% untuk publik," ucapnya.

Herannya, tambah Gamawan, masih banyak daerah yang ingin menambah pegawai dalam struktur birokrasi. Caranya dengan membuat dinas yang tidak ada relevansinya dengan kebutuhan lokal. "Masak ada dinas kelautan di daerah hutan atau sebaliknya. Ini kan keterlaluan," katanya.

Karena itu, Kemendagri terus melakukan verifikasi terhadap seluruh rancangan perda yang diusulkan. Termasuk kebutuhan pegawai yang dibutuhkan untuk daerah setempat. "Jadi tidak lagi mereka seenaknya menentukan perda atau pegawai dengan alasan desentralisasi," tegasnya. Gamawan sendiri optimistis bahwa desentralisasi ini bisa dioptimalkan untuk kemajuan daerah. "Namun harus ada perubahan pola pikir dari aparat setempat," ujarnya.
http://www.mediaindonesia.com/read/2...omian-Nasional

POTENSI LAHAN PERTANIAN PADI DI MERAUKE
[imagetag]

[imagetag]

[imagetag]

[imagetag]

Investor China, Arab Saudi, Singapura Minati Merauke
Rabu, 20 Januari 2010 15:11 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Wakil Menteri Pertanian (Wakil Mentan) Bayu Krisnamurthi menyatakan investor asing dari China, Arab Saudi, dan Singapura berminat untuk investasi tanaman pangan di Merauke, Papua. Konsentrasi utama tanaman pangannya adalah padi dan tebu. Menurut Bayu, pemerintah telah menyelesaikan PP Penertiban Tanah Telantar yang juga memuat pemanfaatan tanah untuk food estate. Saat ini, pemerintah masih berkonsentrasi di Merauke dulu sebelum ke daerah lainnya. "Kami terbuka untuk (investor) siapa saja. Yang dari nasional sudah cukup banyak dan dari internasional sudah cukup banyak dari beberapa negara. Dari China juga ada, Arab Saudi, dan Singapura," kata Bayu di Jakarta, Rabu (20/1).

Menurut Bayu, bentuk investasi di food estate adalah membuat peternakan, pabrik, dan industri. Jenis tanamannya, pemerintah konsentrasi utamanya adalah padi dan tebu. Tapi, tidak tertutup kemungkinan juga tanaman kedelai atau jagung. "Karena di sana memang tidak terlalu bagus untuk tanaman yang lain. Merauke kalau dilihat dari potensinya, lahannya bisa sebesar 1,5 juta hektare. Namun, pemerintah bisa menargetkan untuk food estate-nya 500 ribu hektare saja sudah bagus," ujarnya.

Namun, saat ditanya kebutuhan investasi food estate tersebut. Bayu tidak mau berspekulasi. "Biarkan saja nanti mereka mengembangkan senderi. Itu juga tidak satu perusahaan untuk 500 ribu hektare. Itu bisa beberapa perusahaan, tergantung dari perencanaan bisnisnya saja," katanya. Pemerintah akan membuat kebijakannya dan model pembiayaannya dengan model public private partnership (PPP). "Sebagian dari dana pemerintah mungkin setelah tersedia, kami akan mengalokasikan terutama untuk infrastrktur," katanya.
http://metrotvnews.com/index.php/met...inati-Merauke-


Sulawesi Selatan Gaet Taiwan Kembangkan Padi dan Jagung
Wed, 12/01/2011 - 10:17

MAKASSAR--MICOM: Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Taiwan akan melakukan kerja sama dalam pengembangan agribisnis komoditas padi serta jagung. Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Sulsel Agus Sumantri melalui pesan singkatnya dari Taiwan, Selasa (11/1), menjelaskan, Pemprov Sulsel akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama dengan Taiwan dalam pengembangan agribisnis padi dan jagung.

Dalam kunjungan kerjanya di Taiwan, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo akan melakukan studi banding ke lokasi pengolahan beras selama dua hari pada 11-13 Januari 2010. Kunjungan kerja dilakukan gubernur bersama Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hotikultura, Kepala Dinas Perkebunan Kehutanan, dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang dimediasi oleh PT Trimitra Sukses Pratama Jakarta sebagai mitra dagang Taiwan dan China.

Gubernur dan rombongan mengunjungi dua pabrik beras modern Tauching Rice Milling Plant San Hao Mi dan Chi Yuan Feng yang sangat berminat dengan mutu beras Indonesia. Sulsel berharap, dari kerja sama tersebut dapat lebih meningkatkan meningkatkan kualitas dan produksi padi dan jagung melalui sentuhan teknologi yang dimiliki Taiwan. Gubernur dan rombongan juga dijadwalkan mengunjungi pabrik terbesar di China yang memproduksi mesin pakan ternak Grain Machine Steel Storage Silo yang menggunakan konstruksi baja dengan sistem knock down serta meninjau pabrik pompa air dan generator pembangkit tenaga listrik di Shanghai, China.
http://www.mediaindonesia.com/read/2...di-dan-Jagung-

---------------------

Di masa depan, orientasi pembangunan sektor industri dan pertanian khususnya pangan, seharusnya mulai melirik potensi luar jawa yang sangat besar itu. Lahan yang luas, subur, tetapi kekuarangan manusia untuk tenaga kerja dan sarana infra-struktur pendukung untuk pengembangan kawasan industri dan kawasan pertanian besar. Apalagi nanti kalau jembatan Jawa-Sumatera akhirnya dibangun, maka Jawa, Bali dan Sumatera akan sambung menyambung yang bisa dijangkau dengan transportasi darat dan Kereta Api di masa depan. Otomatis arus manusia dan barang akan sangat lancar dan mudah.

Untuk pertanian pangan, Sulawesi dan Papua (khususnya di wilayah Merauke), siapa menyangka daerah itu memiliki potensi sumber daya alam yang sangat mendukung untuk pengembangan agrobisnis semacam 'rice estate' yang bisa dibangun dengan modal besar dan tenaga kerja terampil (petani) dari jawa? Keberhasilan kabupaten Merauke menjadi salah satu lumbung padi nasional, bahkan dunia, di dahului dengan penempatan tansmigran petani terampil asal jawa di wilayah itu tahun 1980-an, disertai pembukaan lahan dan jaringan irigasi semassa zaman ORBA dulu. Kini kita sudah mulai memetik hasilnya. Begitu pula dengan pertanian padi di Sulawesi, yang banyak memanfaatkan petani transmigran asal Bali misalnya.

Hal sama kalau dibangun pula kawasan industri di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Disana banyak tambang-tambang yang perlu diolah lebih lanjut dalam 'smelter-smelter' raksasa. tapi hasil produksi setengah jadi dari smelter tambang itu, kenapa tidak dipikirkan untuk mengolah lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi? Perkara kekurangan tenaga kerja, kemudahan sistem transportasi laut dan udara saat ini, insya Allah bisa menarik tenaga kerja asal jawa yang selama ini dibayar murah di kampungnya. Dengan memberikan tingkat upah yang minimal diatas kota-kota besar di jawa, maka akan sangat mudah menarik mereka ke luar jawau, seperti kasus berbondong-bondongnya tenaga kerja asal jawa yang memasuki Batam selama ini. Kenapa Pemerintah tidak memikirkan mengembangkan Batam-batam lainnya di kawasan Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi?

Leave a Reply